Pusat prostitusi terbesar seasia tenggara
akhirnya ditutup. Mendengar hal itu banyak orang pasti sangat senang tentang
kejadian tersebut. Dalam pikiran banyak orang senang akan hal tersebut, mungkin
tidak sedikit yang berfikir bahwa berkurang lagi salah satu tempat maksiat di
bumi indonesia ini. Banyak pula masyarakat yang berharap dengan hilangnya
sebuah lokalisasi, hilang pula kemaksiatan didaerah itu.
Angin surga seakan-akan telah datang dan
tuhan telah menunjukkan kekuasaannya dengan menghilangkan kemaksiatan melalui wakil-wakilnya di bumi. Akan tetapi dengan
kebijakan tersebut, tidak sedikit pula beberapa kelompok masyarakat yang
menyayangkan penutupan lokalisasi tersebut. Kita tidak bisa pungkiri bahwa pada
kenyataannya tempat tersebut telah menjadi sebuah tempat matapencaharian
orang-orang di lingkungan lokalisasi Dolly. Tidak sedikit orang yang
mendapatkan keuntungan dari adanya Dolly dan menggantungkan kelangsungan
hidupnya dibisnis prostitusi.
Dalam
kenyataannya, menjalankan bisnis prostitusi memang menjadi bisnis yang sangat
menguntungkan. Dengan hanya bermodal body merekapun dengan mudahnya mendapatkan
pundi-pundi uang untuk modal hidup mereka di bumi. Tidak perlu menjadi orang
yang pintar, creatif dan bahkan hanya menjadi orang yang sekedarnya saja bisa
mendapat banyak uang asal punya kelebihan fisik yang biasa orang menyebutnya cantik,
bohay, sexy dan yang penting bisa bikin pria horny.
Dapat
kita perhatikan bahwa hampir semua orang-orang
yang menggantungkan hidupnya di lembah hitam ini memiliki pekerjaan yang lebih
menggunakan fisik dibandingkan dengan mendayagunakan akal sebagaimana mestinya.
Hal tersebut dapat kita lihat dari Orang-orang yang bekerja di lingkungan
tersebut kebanyakan berprofesi sebagai tukang ojek, tukang becak, pedagang
kelontong, dan tentu saja wanita-wanita pemuas nafsu laki-laki. Bagian mana
dari pekerjaan mereka yang membutuhkan banyak tenaga untuk berfikir? Anda tentu
dapat menilainya bukan.
Kenyataan
itu membuat seolah-olah tidak berfungsinya sistem pendidikan yang terdapat di
daerah tersebut. Kita jadi berfikir buat apa didaerah itu memiliki sebuah
institusi pendidikan yang tidak mampu membawa pengaruh positif dan menciptakan
lingkungan yang bebas dari kemaksiatan. Memang kita juga tidak boleh menutup
mata dan menyalahkan salah satu pihak karena memang prostitusi adalah sebuah
bisnis dan banyak orang yang memiliki kepentingan dan berlatar belakang dari
berbagai golongan.
Kita
tidak perlu munafik dan berfikir semua pelanggan yang datang itu hanya berasal
dari golongan ekonomi bawah dan memiliki tingkat intelektual dibawah rata-rata.
Justru pada kenyataannya tidak sedikit pula orang-orang dari kalangan menengah
keatas yang memiliki intelektualitas yang baik juga berkontribusi dalam
menyuburkan prostitusi di Dolly. Tidak sedikit yang menikmati layanan
wanita-wanita cantik itu berasal dari kalangan eksekutif dan terkadang justru
digunakan oleh para pengusaha untuk melancarkan berbagai macam proyek yang
tentu kalau anda masih ingat soal gratifikasi sex yang pernah ramai dibicarakan
dibanyak sosial media.
Dengan
ditutupnya Dolly, mungkin satu sisi kita merasa iba kepada orang-orang yang
menggantungkan hidupnya di tempat maksiat tersebut. Akan terlintas dalam
pikiran kita tentang bagaimana kelanjutan hidup mereka yang tidak mempunyai
mata pencaharian lain dan akhirnya mungkin kita berfikir bahwa akan banyak
pengangguran yang disebabkan oleh penutupan tersebut. Atau yang lebih parah
akan terjadi peningkatan tindakan-tindakan kriminal di daerah tersebut karena mungkin
banyak orang yang merasa kesulitan mencari pekerjaan dibidang lain dan mencari
jalan pintas.
Sebelum
anda terlalu jauh berfikir bahwa mereka hanya menjadi korban semata, alangkah
lebih bijak apabila kita mencermati terlebih dahulu dampak negatif apa saja
yang telah diciptakan dengan adanya tempat prostitusi di sebuah daerah. Secara
ekonomi, sudah jelas bahwa prostitusi
merupakan sebuah bisnis yang sangat menggiurkan akan tetapi manusia hidup tentu
saja bukan hanya berpedoman kepada faktor ekonomi saja kan. Sebagai manusia
yang bermartabat tentu dapat menilai bagaimana prostitusi di mata pendidikan,
norma agama, norma sosial dan hukum. Disini saya juga mengingatkan bahwa yang
sebenarnya kita larang adalah perbuatannya, bukan personal orangnya karena
tidak sedikit dari mereka hanya menjadi korban perdagangan manusia dan ketidak
becusan pemerintah dalam memberikan kesejahteraan yang cukup dan bermartabat
bagi rakyatnya.
Saya bukan tipe orang familiar dengan
tempat-tempat yang berbau kemaksiatan seperti itu dan saya pun hanya mendengar
dari cerita-cerita orang yang pernah menjejakkan kaki di Dolly. Saya memang tidak
familiar dan tidak suka dengan tempat-tempat tersebut tapi jujur saja saya
pernah pergi ke beberapa tempat yang mirip dengan Dolly dengan niatan untuk
melihat dan mempelajari lingkungan yang terdapat di lokalisasi itung-itung buat
nambah pengalaman dan bahan referensi seperti yang saya tulis ini. Bukan bermaksud
merendahkan tapi jujur saja ketika saya memasuki tempat-tempat tersebut
ternyata hal pertama yang saya rasakan adalah rasa was-was dan geli bahkan
kadang sedikit jijik ketika melihat penampakan-penampakan seperti itu dan
mendengarkan percakapan-percakapan yang terjadi diantara mereka.
Ketika pertama kali saya diajak teman saya untuk
menyambangi tempat-tempat tersebut, pikiran saya berkecamuk tentang hal-hal
negatif yang selalu terjadi disebuah lokalisasi, mulai dari perempuan yang gak
bener, preman-preman, tindakan kriminal dan aroma-aroma yang tidak saya suka. Akan
tetapi rasa was-was, geli dan jijik itu tiba-tiba tidak lagi mengusik diri saya
dan berubah menjadi rasa iba setelah dengan tidak sengaja saya melihat seorang anak
gadis yang kira-kira berumur antara tiga belas sampai lima belas tahun sedang
duduk termenung diam dan nampak bahwa dia sedang menunggu tamu yang sekiranya
bersedia membayarnya dan ironisnya itu terlihat menjadi hal yang biasa di
tempat itu.
Untuk pertama kalinya saya berfikir, ini
yang busuk manusia-manusianya atau sistem
pemerintahan yang busuklah yang yang menciptakan mereka? Bagaimana mungkin
seorang anak yang masih perlu perlindungan berada di tempat seperti itu? Mulai saat
itulah pemahaman saya mulai sedikit bergeser dari yang menilai semua pelaku
prostitusi adalah sama menjadi ada pula diantaranya yang hanya menjadi korban
keadaan.
Menurut saya masih mending bila Dolly cuma ditutup.
Masih ingatkah anda cerita-cerita tempat-tempat maksiat pada zaman dahulu yang
diabadikan dalam beberapa jenis alkitab. Kebanyakan dari kisah tersebut
menceritakan bagaimana azab dan hukuman yang diturunkan langsung dari sang Maha
Perkasa. Kaum-kaum tersebut dibinasakan seketika oleh karena mereka melakukan
kemaksiatan-kemaksiatan yang hanya bertujuan memuaskan nafsu bejat kaum-kaum
tersebut. Lantas apakah kita mau saudara-saudara kita sendiri tertimpa hal-hal
semacam itu?
Pilihan yang terbaik menurut saya adalah
mereka segera bertaubat dan memulai kehidupan yang baru selain bidang
prostitusi. Hanya seorang pesimistis dan
bodohlah yang memilih jalan pintas demi mendapatkan kenikmatan duniawi dan
hanya pemerintah yang bobroklah yang menyebabkan rakyatnya melakukan hal
tersebut. Harapan saya tidak muluk-muluk kawan, semoga kita semua menjadi semakin
lebih baik dari hari kehari. Itu saja menjadi sebuah nikmat yang sangat luar
biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar