Rabu, 18 Juni 2014

PENUTUPAN DOLLY

Pusat prostitusi terbesar seasia tenggara akhirnya ditutup. Mendengar hal itu banyak orang pasti sangat senang tentang kejadian tersebut. Dalam pikiran banyak orang senang akan hal tersebut, mungkin tidak sedikit yang berfikir bahwa berkurang lagi salah satu tempat maksiat di bumi indonesia ini. Banyak pula masyarakat yang berharap dengan hilangnya sebuah lokalisasi, hilang pula kemaksiatan didaerah itu.
Angin surga seakan-akan telah datang dan tuhan telah menunjukkan kekuasaannya dengan menghilangkan kemaksiatan melalui  wakil-wakilnya di bumi. Akan tetapi dengan kebijakan tersebut, tidak sedikit pula beberapa kelompok masyarakat yang menyayangkan penutupan lokalisasi tersebut. Kita tidak bisa pungkiri bahwa pada kenyataannya tempat tersebut telah menjadi sebuah tempat matapencaharian orang-orang di lingkungan lokalisasi Dolly. Tidak sedikit orang yang mendapatkan keuntungan dari adanya Dolly dan menggantungkan kelangsungan hidupnya dibisnis prostitusi.
        Dalam kenyataannya, menjalankan bisnis prostitusi memang menjadi bisnis yang sangat menguntungkan. Dengan hanya bermodal body merekapun dengan mudahnya mendapatkan pundi-pundi uang untuk modal hidup mereka di bumi. Tidak perlu menjadi orang yang pintar, creatif dan bahkan hanya menjadi orang yang sekedarnya saja bisa mendapat banyak uang asal punya kelebihan fisik yang biasa orang menyebutnya cantik, bohay, sexy dan yang penting bisa bikin pria horny.
            Dapat kita perhatikan bahwa hampir semua  orang-orang yang menggantungkan hidupnya di lembah hitam ini memiliki pekerjaan yang lebih menggunakan fisik dibandingkan dengan mendayagunakan akal sebagaimana mestinya. Hal tersebut dapat kita lihat dari Orang-orang yang bekerja di lingkungan tersebut kebanyakan berprofesi sebagai tukang ojek, tukang becak, pedagang kelontong, dan tentu saja wanita-wanita pemuas nafsu laki-laki. Bagian mana dari pekerjaan mereka yang membutuhkan banyak tenaga untuk berfikir? Anda tentu dapat menilainya bukan.
          Kenyataan itu membuat seolah-olah tidak berfungsinya sistem pendidikan yang terdapat di daerah tersebut. Kita jadi berfikir buat apa didaerah itu memiliki sebuah institusi pendidikan yang tidak mampu membawa pengaruh positif dan menciptakan lingkungan yang bebas dari kemaksiatan. Memang kita juga tidak boleh menutup mata dan menyalahkan salah satu pihak karena memang prostitusi adalah sebuah bisnis dan banyak orang yang memiliki kepentingan dan berlatar belakang dari berbagai golongan.
             Kita tidak perlu munafik dan berfikir semua pelanggan yang datang itu hanya berasal dari golongan ekonomi bawah dan memiliki tingkat intelektual dibawah rata-rata. Justru pada kenyataannya tidak sedikit pula orang-orang dari kalangan menengah keatas yang memiliki intelektualitas yang baik juga berkontribusi dalam menyuburkan prostitusi di Dolly. Tidak sedikit yang menikmati layanan wanita-wanita cantik itu berasal dari kalangan eksekutif dan terkadang justru digunakan oleh para pengusaha untuk melancarkan berbagai macam proyek yang tentu kalau anda masih ingat soal gratifikasi sex yang pernah ramai dibicarakan dibanyak sosial media.
         Dengan ditutupnya Dolly, mungkin satu sisi kita merasa iba kepada orang-orang yang menggantungkan hidupnya di tempat maksiat tersebut. Akan terlintas dalam pikiran kita tentang bagaimana kelanjutan hidup mereka yang tidak mempunyai mata pencaharian lain dan akhirnya mungkin kita berfikir bahwa akan banyak pengangguran yang disebabkan oleh penutupan tersebut. Atau yang lebih parah akan terjadi peningkatan tindakan-tindakan kriminal di daerah tersebut karena mungkin banyak orang yang merasa kesulitan mencari pekerjaan dibidang lain dan mencari jalan pintas.
           Sebelum anda terlalu jauh berfikir bahwa mereka hanya menjadi korban semata, alangkah lebih bijak apabila kita mencermati terlebih dahulu dampak negatif apa saja yang telah diciptakan dengan adanya tempat prostitusi di sebuah daerah. Secara ekonomi, sudah jelas bahwa  prostitusi merupakan sebuah bisnis yang sangat menggiurkan akan tetapi manusia hidup tentu saja bukan hanya berpedoman kepada faktor ekonomi saja kan. Sebagai manusia yang bermartabat tentu dapat menilai bagaimana prostitusi di mata pendidikan, norma agama, norma sosial dan hukum. Disini saya juga mengingatkan bahwa yang sebenarnya kita larang adalah perbuatannya, bukan personal orangnya karena tidak sedikit dari mereka hanya menjadi korban perdagangan manusia dan ketidak becusan pemerintah dalam memberikan kesejahteraan yang cukup dan bermartabat bagi rakyatnya.
Saya bukan tipe orang familiar dengan tempat-tempat yang berbau kemaksiatan seperti itu dan saya pun hanya mendengar dari cerita-cerita orang yang pernah menjejakkan kaki di Dolly. Saya memang tidak familiar dan tidak suka dengan tempat-tempat tersebut tapi jujur saja saya pernah pergi ke beberapa tempat yang mirip dengan Dolly dengan niatan untuk melihat dan mempelajari lingkungan yang terdapat di lokalisasi itung-itung buat nambah pengalaman dan bahan referensi seperti yang saya tulis ini. Bukan bermaksud merendahkan tapi jujur saja ketika saya memasuki tempat-tempat tersebut ternyata hal pertama yang saya rasakan adalah rasa was-was dan geli bahkan kadang sedikit jijik ketika melihat penampakan-penampakan seperti itu dan mendengarkan percakapan-percakapan yang terjadi diantara mereka.
Ketika pertama kali saya diajak teman saya untuk menyambangi tempat-tempat tersebut, pikiran saya berkecamuk tentang hal-hal negatif yang selalu terjadi disebuah lokalisasi, mulai dari perempuan yang gak bener, preman-preman, tindakan kriminal dan aroma-aroma yang tidak saya suka. Akan tetapi rasa was-was, geli dan jijik itu tiba-tiba tidak lagi mengusik diri saya dan berubah menjadi rasa iba setelah dengan tidak sengaja saya melihat seorang anak gadis yang kira-kira berumur antara tiga belas sampai lima belas tahun sedang duduk termenung diam dan nampak bahwa dia sedang menunggu tamu yang sekiranya bersedia membayarnya dan ironisnya itu terlihat menjadi hal yang biasa di tempat itu.
Untuk pertama kalinya saya berfikir, ini yang busuk manusia-manusianya atau  sistem pemerintahan yang busuklah yang yang menciptakan mereka? Bagaimana mungkin seorang anak yang masih perlu perlindungan berada di tempat seperti itu? Mulai saat itulah pemahaman saya mulai sedikit bergeser dari yang menilai semua pelaku prostitusi adalah sama menjadi ada pula diantaranya yang hanya menjadi korban keadaan.
Menurut saya masih mending bila Dolly cuma ditutup. Masih ingatkah anda cerita-cerita tempat-tempat maksiat pada zaman dahulu yang diabadikan dalam beberapa jenis alkitab. Kebanyakan dari kisah tersebut menceritakan bagaimana azab dan hukuman yang diturunkan langsung dari sang Maha Perkasa. Kaum-kaum tersebut dibinasakan seketika oleh karena mereka melakukan kemaksiatan-kemaksiatan yang hanya bertujuan memuaskan nafsu bejat kaum-kaum tersebut. Lantas apakah kita mau saudara-saudara kita sendiri tertimpa hal-hal semacam itu?
Pilihan yang terbaik menurut saya adalah mereka segera bertaubat dan memulai kehidupan yang baru selain bidang prostitusi.  Hanya seorang pesimistis dan bodohlah yang memilih jalan pintas demi mendapatkan kenikmatan duniawi dan hanya pemerintah yang bobroklah yang menyebabkan rakyatnya melakukan hal tersebut. Harapan saya tidak muluk-muluk kawan, semoga kita semua menjadi semakin lebih baik dari hari kehari. Itu saja menjadi sebuah nikmat yang sangat luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar