Senin, 23 Juni 2014

Kredibilitas, Independensi dan Obyektifitas Media Televisi Mulai Diragukan

       Sebuah institusi media massa seyogyanya menjadi baromerter refleksi dari sebuah kondisi atas realita yang sebenarnya tanpa adanya keterikatan dengan subyektifitas kelompok tertentu. Inti dari sebuah media baik itu cetak maupun elektronik mempunyai beban moral yang melekat atas segala informasi yang diberikan kepada masyarakat adalah hal yang merupakan kebenaran dan bukan merupakan sebuah pembenaran propaganda suatu kelompok. Sebuah institusi media haruslah terlepas dari unsur subyektifitas yang dapat mempengaruh kebenaran dan keotentikan sebuah informasi sehingga masyarakat menerima informasi yang sebenar-benarnya. Mass media yang baik adalah dalam menyampaikan informasi haruslah memiliki independensi dan intregritas atas segala informasi yang disampaikan kepada masyarakat. Keberpihakkan sebuah mass media menjadikan informasi yang disampaikan cenderung untuk meningkatkan ataupun menjatuhkan salah satu pihak yang mengakibatkan rancunya persepsi yang diterima oleh audience. Media massa yang menjunjung tinggi etika dan asas profesionalisme haruslah tidak merusaha menggiring dan menciptakan sebuah persepsi atas informasi yang disampaikannya kepada masyarakat.
                Kita harus mengakui bahwa mass media adalah salah satu potensi kekuatan yang sangat besar bagi perkembangan sebuah negara dimana melalui media massa kita dapat membuat, menggiring dan menciptakan opini dan persepsi di benak masyarakat. Bahkan dalam skala ekstrim mass media digunakan untuk propaganda pemerintah dan kelompok tertentu atau sebaliknya membuat persepsi yang buruk untuk pemerintah dan kelompok tertentu sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan bentuk perlawanan terhadap pemerintah dan kelompok tersebut. Fakta tersebut menyadarkan kita betapa dahsyatnya pengaruh dari media massa yang sebenarnya. Dengan adanya mass media, kita sebagai masyarakat awam dapat meningkatkan wawasan atas segala informasi yang terjadi baik di dalam maupun luar negeri dengan hampir tidak mempunyai keterbatasan ruang dan waktu untuk mengaksesnya dimasa ini.
       Dalam tulisan saya kali ini, saya lebih menekankan pembahasan kepada industri televisi yang mulai semarak dibumi pertiwi Indonesia. Televisi telah menciptakan satu bentuk kemelekkhufuran sendiri yang  memberikan informasi kepada dan melibatkan banyak orang, lebih banyak dari yang bisa dilakukan medium lainnya di dalam sejarah manusia. Seperti media pengalihan perhatian lainnya, televisi adalah pedang bermata dua. Pada sisi positifnya, televisi berperan sangat besar dalam melakukan perubahan penting yang sangat berarti dalam masyarakat. Sebagai contoh berbagai kasus pelanggaran hukum yang disorot oleh televisi menjadi lebih transparan dan cepat terselesaikan. Di lain pihak, kalau kegiatan membaca buku dan menonton film-film artistik memerlukan tingkat refleksi kritis tertentu pada pertanda yang ditampilkan, maka hal ini tidak diperlukan saat kita menonton citra-citra televisi. Hal ini mengakibatkan munculnya sifat pasif dan tidak reflektif yang berlangsung umum saat manusia menerima dan memahami pesan-pesan melalui televisi. Oleh karena itu, secara diam-diam televisi telah mengakibatkan sejenis kemalasan intelektual di dalam masyarakat secara keseluruhan.
      Saya menyadari bahwa setiap media televisi memiliki ideologi dan strategi yang digunakan untuk bertahan dalam industri ini, akan tetapi ideologi dan strategi yang digunakan haruslah bertolak pada kebaktian kepada masyarakat bukan kepada sebuah kelompok. Sebuah media televisi seharusnya tidak menjadikan diri mereka menjadi alat ataupun kendaraan untuk melancarkan propaganda dan persepsi suatu kelompok karena dengan begitu mereka telah menciderai masyarakat dengan menghilangkan independensi dan obyektifitas atas segala informasi yang diberikan. Dengan hilangnya independesi dan obyektifitas dari sebuah media publik memungkinkan hilangnya pula kepercayaan masyarakat atas sebuah institusi media massa dan pada akhirnya pilihannya hanyalah media tersebut mengalami kemunduran atau yang lebih parah apabila masyarakat tidak memiliki filter yang baik maka masyarakat hanya menjadi obyek imperialisme komunikasi dan komersialisasi dari media tersebut.
         Perkembangan bisnis media televisi di indonesia dewasa ini memang menunjukkan perkembangan yang signifikan. Hal itu disebabkan karena  bisnis penyiaran televisi merupakan salah satu bidang bisnis yang memiliki potensi untuk mendatangkan keuntungan yang besar sehingga banyak media publik baru yang bermunculan. Dengan semakin banyaknya media publik membuat mereka saling berlomba-lomba dalam hal kualitas untuk dapat menarik minat masyarakat agar supaya memiliki loyalitas kepada mereka.  Problematika yang dihadapi Indonesia saat ini adalah kebanyakan dari institusi media massa mulai kehilangan independensi dan obektifitas karena mulai membaurnya kepentingan-kepentingan suatu kelompok yang ingin membangun opini dan persepsi masyarakat atas kelompoknya sehingga media tersebut hanya menjadi sebuah alat pencitraan semata. Banyak pengusaha-pengusaha media publik yang terjun ke dunia politik sehingga dapat kita saksikan sekarang banyak media yang hanya menjadi tunggangan politik semata dan dengan kata lain hilang pula independensi dan obyektifitas dari media tersebut. Pertanyaannya adalah apakah kita sebagai masyarakat masih dapat mempercayai segala informasi yang disampaikan oleh media-media publik tersebut? Tidak salah apabila muncul keraguan  atas kredibilitas media-media yang menjadi alat politik salah satu kelompok karena sudah dapat dipastikan informasi-informasi yang disampaikan hanya untuk meningkatkan citra kelompok tersebut atau menjatuhkan citra kelompok saingannya. Dengan realita yang terjadi sekarang ini masyarakat nampak hanya menjadi korban eksploitasi komersil yang kehilangan haknya untuk mendapatkan kebenaran tanpa adanya tendensi suatu kelompok.
       Dengan keadaan media publik saat ini, sudah seharusnya masyarakat kritis dan meningkatkan resistensi terhadap segala informasi yang mengandung unsur subyektifitas sebuah kelompok agar tidak terjebak ke dalam persepsi subyektik yang coba dibangun oleh suatu kelompok melalui media secara verbal maupun semantik. Dengan terjadinya keberpihakan media terhadap sebuah kelompok pada akhirnya masyarakatlah yang menjadi korban karena tidak mendapatkan edukasi nilai-nilai kebenaran yang sebagaimana mestinya. Sebagai media publik seharusnya mereka memahami bahwa masyarakat indonesia saat ini sudah cerdas dalam menganalisa sebuah persoalan akan tetapi memang tidak dapat dipungkiri tidak sedikit pula yang terjebak kedalam opini yang mereka bangun karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang komunikasi media massa sehingga tidak mampu mem-filter informasi-informasi yang datang kepada mereka.

     Mungkin kita tidak dapat menyalahkan sepenuhnya pada stasiun televisi yang kehilangan kredibilitasnya karena tidak dapat dipungkiri banyak diantara mereka yang terjebak pada sistem kapitalis yang membuat mereka terpaksa  kehilangan kredibilitas mereka. Pada kenyataannya bisnis media televisi merupakan bisnis yang membutuhkan modal yang cukup besar dalam setiap operasionalnya sehingga terkadang sebuah institusi media televisi harus menjual kredibilitasnya hanya untuk menjaga eksistensi mereka diindustri media televisi. Denga hilangnya kredibilitas, independensi dan nilai obyektifitas madia massa, pada akhirnya masyarakat hanya memiliki dua pilihan, yaitu menjadi lebih cerdas atau menjadi korban dari mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar