Sebuah
institusi media massa seyogyanya menjadi baromerter refleksi dari sebuah
kondisi atas realita yang sebenarnya tanpa adanya keterikatan dengan
subyektifitas kelompok tertentu. Inti dari sebuah media baik itu cetak maupun
elektronik mempunyai beban moral yang melekat atas segala informasi yang
diberikan kepada masyarakat adalah hal yang merupakan kebenaran dan bukan
merupakan sebuah pembenaran propaganda suatu kelompok. Sebuah institusi media
haruslah terlepas dari unsur subyektifitas yang dapat mempengaruh kebenaran dan
keotentikan sebuah informasi sehingga masyarakat menerima informasi yang
sebenar-benarnya. Mass media yang baik adalah dalam menyampaikan informasi
haruslah memiliki independensi dan intregritas atas segala informasi yang
disampaikan kepada masyarakat. Keberpihakkan sebuah mass media menjadikan
informasi yang disampaikan cenderung untuk meningkatkan ataupun menjatuhkan
salah satu pihak yang mengakibatkan rancunya persepsi yang diterima oleh audience.
Media massa yang menjunjung tinggi etika dan asas profesionalisme haruslah
tidak merusaha menggiring dan menciptakan sebuah persepsi atas
informasi yang disampaikannya kepada masyarakat.
Kita
harus mengakui bahwa mass media adalah salah satu potensi kekuatan yang sangat besar
bagi perkembangan sebuah negara dimana melalui media massa kita dapat membuat,
menggiring dan menciptakan opini dan persepsi di benak masyarakat. Bahkan dalam
skala ekstrim mass media digunakan untuk propaganda pemerintah dan kelompok
tertentu atau sebaliknya membuat persepsi yang buruk untuk pemerintah dan
kelompok tertentu sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan bentuk
perlawanan terhadap pemerintah dan kelompok tersebut. Fakta tersebut
menyadarkan kita betapa dahsyatnya pengaruh dari media massa yang sebenarnya. Dengan
adanya mass media, kita sebagai masyarakat awam dapat meningkatkan wawasan atas
segala informasi yang terjadi baik di dalam maupun luar negeri dengan hampir
tidak mempunyai keterbatasan ruang dan waktu untuk mengaksesnya dimasa ini.
Dalam
tulisan saya kali ini, saya lebih menekankan pembahasan kepada industri
televisi yang mulai semarak dibumi pertiwi Indonesia. Televisi telah
menciptakan satu bentuk kemelekkhufuran sendiri yang memberikan informasi kepada dan melibatkan
banyak orang, lebih banyak dari yang bisa dilakukan medium lainnya di dalam
sejarah manusia. Seperti media pengalihan perhatian lainnya, televisi adalah
pedang bermata dua. Pada sisi positifnya, televisi berperan sangat besar dalam
melakukan perubahan penting yang sangat berarti dalam masyarakat. Sebagai
contoh berbagai kasus pelanggaran hukum yang disorot oleh televisi menjadi
lebih transparan dan cepat terselesaikan. Di lain pihak, kalau kegiatan membaca
buku dan menonton film-film artistik memerlukan tingkat refleksi kritis
tertentu pada pertanda yang ditampilkan, maka hal ini tidak diperlukan saat
kita menonton citra-citra televisi. Hal ini mengakibatkan munculnya sifat pasif
dan tidak reflektif yang berlangsung umum saat manusia menerima dan memahami pesan-pesan
melalui televisi. Oleh karena itu, secara diam-diam televisi telah
mengakibatkan sejenis kemalasan intelektual di dalam masyarakat secara
keseluruhan.
Saya menyadari bahwa setiap media televisi
memiliki ideologi dan strategi yang digunakan untuk bertahan dalam industri
ini, akan tetapi ideologi dan strategi yang digunakan haruslah bertolak pada
kebaktian kepada masyarakat bukan kepada sebuah kelompok. Sebuah media televisi
seharusnya tidak menjadikan diri mereka menjadi alat ataupun kendaraan untuk
melancarkan propaganda dan persepsi suatu kelompok karena dengan begitu mereka
telah menciderai masyarakat dengan menghilangkan independensi dan obyektifitas
atas segala informasi yang diberikan. Dengan hilangnya independesi dan
obyektifitas dari sebuah media publik memungkinkan hilangnya pula kepercayaan
masyarakat atas sebuah institusi media massa dan pada akhirnya pilihannya
hanyalah media tersebut mengalami kemunduran atau yang lebih parah apabila
masyarakat tidak memiliki filter yang baik maka masyarakat hanya menjadi obyek imperialisme komunikasi dan komersialisasi dari media tersebut.
Perkembangan
bisnis media televisi di indonesia dewasa ini memang menunjukkan perkembangan
yang signifikan. Hal itu disebabkan karena bisnis penyiaran televisi merupakan salah satu
bidang bisnis yang memiliki potensi untuk mendatangkan keuntungan yang besar
sehingga banyak media publik baru yang bermunculan. Dengan semakin banyaknya
media publik membuat mereka saling berlomba-lomba dalam hal kualitas untuk
dapat menarik minat masyarakat agar supaya memiliki loyalitas kepada mereka. Problematika yang dihadapi Indonesia saat ini
adalah kebanyakan dari institusi media massa mulai kehilangan independensi dan
obektifitas karena mulai membaurnya kepentingan-kepentingan suatu kelompok yang
ingin membangun opini dan persepsi masyarakat atas kelompoknya sehingga media
tersebut hanya menjadi sebuah alat pencitraan semata. Banyak pengusaha-pengusaha
media publik yang terjun ke dunia politik sehingga dapat kita saksikan sekarang
banyak media yang hanya menjadi tunggangan politik semata dan dengan kata lain
hilang pula independensi dan obyektifitas dari media tersebut. Pertanyaannya adalah
apakah kita sebagai masyarakat masih dapat mempercayai segala informasi yang
disampaikan oleh media-media publik tersebut? Tidak salah apabila muncul
keraguan atas kredibilitas media-media
yang menjadi alat politik salah satu kelompok karena sudah dapat dipastikan
informasi-informasi yang disampaikan hanya untuk meningkatkan citra kelompok
tersebut atau menjatuhkan citra kelompok saingannya. Dengan realita yang
terjadi sekarang ini masyarakat nampak hanya menjadi korban eksploitasi
komersil yang kehilangan haknya untuk mendapatkan kebenaran tanpa adanya
tendensi suatu kelompok.
Dengan
keadaan media publik saat ini, sudah seharusnya masyarakat kritis dan meningkatkan
resistensi terhadap segala informasi yang mengandung unsur subyektifitas sebuah
kelompok agar tidak terjebak ke dalam persepsi subyektik yang coba dibangun
oleh suatu kelompok melalui media secara verbal maupun semantik. Dengan terjadinya
keberpihakan media terhadap sebuah kelompok pada akhirnya masyarakatlah yang
menjadi korban karena tidak mendapatkan edukasi nilai-nilai kebenaran yang
sebagaimana mestinya. Sebagai media publik seharusnya mereka memahami bahwa
masyarakat indonesia saat ini sudah cerdas dalam menganalisa sebuah persoalan
akan tetapi memang tidak dapat dipungkiri tidak sedikit pula yang terjebak kedalam
opini yang mereka bangun karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
komunikasi media massa sehingga tidak mampu mem-filter informasi-informasi yang
datang kepada mereka.
Mungkin
kita tidak dapat menyalahkan sepenuhnya pada stasiun televisi yang kehilangan
kredibilitasnya karena tidak dapat dipungkiri banyak diantara mereka yang
terjebak pada sistem kapitalis yang membuat mereka terpaksa kehilangan kredibilitas mereka. Pada kenyataannya
bisnis media televisi merupakan bisnis yang membutuhkan modal yang cukup besar
dalam setiap operasionalnya sehingga terkadang sebuah institusi media televisi harus
menjual kredibilitasnya hanya untuk menjaga eksistensi mereka diindustri media
televisi. Denga hilangnya kredibilitas, independensi dan nilai obyektifitas
madia massa, pada akhirnya masyarakat hanya memiliki dua pilihan, yaitu menjadi
lebih cerdas atau menjadi korban dari mereka.